Senin, 02 Februari 2015

Belajar Dari penjual Rujak

HARI ini hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras ruko.
Beliau saya pinjamkan tempat duduk dari dalam toko. Masih penuh gerobaknya dengan buah-buah tertata rapi.
Kulihat dari dalam toko beliau membuka buku kecil. Rupanya sebuah alquran. Beliau begitu tekun dengan Al-Qurannya.
Sampai jam setengah 11 hujan tak kunjung berhenti.
Saya mulai risau karena sepi pembeli.
Saya keluar sekadar memberikan air minum kemasan dan beberapa butir kurma.
Tidak ada sedikitpun raut gelisah terlihat di wajahnya.
“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… ” Kataku sambil menatap gerobaknya. “Masih banyak banget.”
Beliau tersenyum, “Iya bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. .” jawabnya.
“Aamiin,” kataku.
“Kalau gak abis gimana, Pak?” tanyaku penuh iba…
“Ya.. Kalau gak abis ya risiko, Bu… Kalau yang gak bisa sampai besok kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga juga seneng daripada kebuang. Kalau kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet nilai sedekah,” katanya tersenyum.
“Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?” tanyaku lagi.
“Ya Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa dan meminta sesuatu sama Allah. Kan kalau hujan waktu mustajab buat berdoa bu…” Katanya sambil tersenyum. “Dikasih kesempatan berdoa juga kan rejeki, Bu…”
“Terus kalau gak dapet uang gimana, Pak?” tanyaku lagi.
“Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Allah.. Apa aja bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri aja. Tapi Alhamdulillah, bertahun tahun saya jualan rujak belum pernah sampai kelaparan.
“Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” katanya lagi sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobak.
“Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan .. Makasih yaa ,Bu…” katanya sambil menutup badannya dengan plastik dan membuka payung yang menempel di grobaknya.
Saya terpana… Betapa malunya saya, dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata.

Tiba-tiba hati yang tadinya gundah menjadi ceria, mumpung masih hujan … Masih ada kesempatan dapat berdoa di waktu mustajab. []

Oleh: Ernydar Irfan

Rabu, 10 Desember 2014

Kamu Hebat

Seorang anak muda mendaftar untuk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dengan direktur untuk interview terakhir.
Direktur mengetahui bahwa dari cvnya, si pemuda memiliki akademik yg baik. Kemudian dia bertanya" apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah ?" Kemudian si pemuda menjawab tidak.
"Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah ?"
"Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya"
"Dimana ibumu bekerja ?"
"Ibuku bekerja sebagai tukang cuci."
Si direktur meminta si pemuda untuk menunjukkan tangannya. Si pemuda menunjukkan tangannya yg lembut dan halus.
"Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju ?"
"Tidak pernah, ibuku selalu ingin aku untuk belajar dan membaca banyak buku. Selain itu, ibuku dapat mencuci baju lebih cepat dariku."
Si direktur mengatakan "aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari."
Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dengan perasaan campur aduk, dia menunjukkan tangannya ke anaknya.
Si pemuda membersihkan tangan ibunya perlahan. Airmatanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka.Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.
Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yg setiap hari mencuci baju agar dirinya b8sa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yg harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya.
Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam2 mencuci semua pakain tersisa untuk ibunya,
Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar.
Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur.
Si direktur menyadari ada air mata di mata sang pemuda. Kemudian dia bertanya, " dapatkah kamu ceritakan apa yg kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu ?"
Si pemuda menjawab," saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya"
"Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi. Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dengan membantu ibu saya, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya. Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya bantuan dari keluarga"
Si direktur menjawab,"inilah yg saya cari di dalam diri seorang manajer. Saya ingin merekrut seseorng yg dapat mengapresiasi bantuan dari orng lain, seseorang yg mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya"
"Kamu diterima"

Bidadari Dunia


Hari ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. bu... beli kue saya... belum laku satupun... kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca
saya persilakan beliau masuk dan duduk. segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.
ibu bawa kue apa? gemblong, getuk, bintul, gembleng bu. saya tersenyum... saya nanti beli kue ibu... tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.
Dia mengangguk. kepala saya sakit bu.. pusing, tapi harus cari uang. anak saya sakit, suami saya sakit, dirumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. makanya saya paksain jualan katanya sambil memegang keningnya.. air matanya mulai jatuh. saya cuma bisa memberinya sehelai tisu... sekarang makan makin susah bu.... kemarin aja beras gak kebeli... apalagi sekarang... katanya bensin naik.. apa apa serba naik.. saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur.. kalau masak nasi gak cukup. hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup.
anak ibu sakit apa? saya bertanya... gak tau ibu..batuknya berdarah... saya terpana... ibu.. ibu harus bawa anak ibu ke puskesmas kan ada BPJS... dia cuma tertunduk.. saya bawa anak saya pakai apa bu? gendong gak kuat.. jalannya jauh.. naik ojek gak punya uang...
ini ibu kue bikin sendiri? enggak bu... ini saya ngambil jawabnya. terus ibu penghasilannya dari sini aja? dia mengangguk lemah... berapa ibu dapet setiap hari? gak pasti bu... ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet 4ribu -12 ribu paling banyak. Kali ini air mata saya yang mulai mengalir...... ibu pulang jam berapa jualan? jam 2.. saya gak bisa lama lama bu.. soalnya uangnya buat beli beras.. suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta minta, saya gak mau nyusahin orang.
Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak balik naik ojek bawa anak ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. ibu sekarang pulang saja.. bawa kurma ini buat pengganjal lapar...
Ibu itu menangis... dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. kalau ibu mau beli.. beli lah kue saya. tapi selebihnya enggak bu... saya malu.... saya pegang erat tangannya... ibu... ini bukan buat ibu... tapi buat ibu saya... saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia sia membesarkan dan mendidik saya... tolong di terima...
Saya bawa keranjang jualannya... saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. ibu pulang ya... dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya... bu.. saya gak mau kesini lagi... saya malu.... ibu gak doyan kue jualan saya... ibu cuma kasihan sama saya... saya malu....saya cuma bisa tersenyum... ibu saya doyan kue jualan ibu, tapi saya kenyang... sementara ibu di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. sekarang ibu pulang yaa...
saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot... beliau terus berurai air mata...
lalu saya masuk lagi ke toko, mebuka buka FB saya dan membaca status orang orang berduit yang menjijikan. ....the show must go on...